Book Review - Diary Anak Magang



Yeah!
Setelah nyempetin empat hari buat baca buku Diary Anak Magang yang dapet secara gratis – ehm, akhirnya rampung juga. Sebuah prestasi gemilang seumur hidup gue bisa nyelesein buku yang tebelnya hampir 300 halaman dalam waktu empat hari doang. Luar biasa! Ini waktu tercepat gue selama merampungkan membaca sebuah buku.
Buku DAM ini udah setaunan terbit, artinya gue termasuk orang yang telat banget baru baca bukunya. Karena di tempat tinggal gue belum ada toko buku, jadi, gue baru bisa menikmati tiap cerita di buku DAM setelah dikirimin pake bungkus kado yang imut sama penulisnya sendiri – Bang Adittya Regas. Makasih Bang, gue suka kadonya!

Oke, maaf.
Lanjut nge-review bukunya.

Penulis : Adittya Regas
Penerbit : Raditeens Publisher
Editor : @bellafaatiha & Karina Aprilia
Ilustrator : @mrshaee
Foto dan Desain Cover : @landudtz
Cetakan kedua, 2015
278 halaman





Sesuai sama judul bukunya “Diary Anak Magang”, di dalam buku ini – Aditt yang merupakan tokoh utama sekaligus penulis bukunya, banyak menceritakan kehidupannya selama menjadi anak magang. Semua manis dan pahit dirasakan oleh Adittya Regas hanya demi mendapatkan sebuah nilai magang.

Cerita bermula saat pikiran Aditt kembali mengenang masa-masa sekolahnya dulu lewat sebuah foto, seragam sekolah dan sms dari temen magangnya – Mia yang memanggil Aditt dengan sebutan Adittyawkwk (panggilannya sengaja disamarkan biar yang belum baca penasaran). Dari situ, Aditt mengajak pembaca masuk ke dalam masa lalunya, masa di mana Aditt menjadi anak magang. Lebih tepatnya masa-masa penderitaan dalam hidupnya dimulai.

Berasal dari sekolah kejuruan jurusan multimedia, Aditt magang di salah satu percetakan spanduk di daerah tempat tinggalnya – Banjarmasin sebagai desain grafis. Hari demi hari dilalui Aditt tanpa ada masalah, hingga akhirnya terjadilah sebuah kesalahan, Aditt salah mengetik tulisan di spanduk. Yang seharusnya Jasa Penitipan Anak, malah jadi Jasa Pembuatan Anak. YA! Typo yang fatal sekali pemirsa.

Setelah kejadian itu, Aditt lalu teringat dengan mantan pacarnya. Di dalam buku ini, Aditt tidak menyebutkan siapa nama mantan pacarnya. Aditt hanya menyebutnya dengan ‘Dia’. Dia siapa? Gue juga masih nyari tau. Aditt adalah seorang remaja yang rentan galau, kebiasaan galaunya itu membuat Aditt tidak bisa move on dari mantannya.

Ada beberapa tokoh dalam buku ini, diantaranya Azi – teman magangnya Aditt sewaktu tugas magangnya dipindahkan di Banjarbaru. Azi ini yang menyadarkan Aditt untuk tidak memendam perasaan, tetapi untuk berani menyatakan perasaan ke orang yang disayang. Ada juga Ini, Ida, Mia, Rizkia, Cahyo dan Rio yang merupakan teman magannya Aditt waktu Aditt memutuskan pindah dari tempat magang di Banjarbaru karena HP-nya ilang. Tepatnya karena keperjakaannya hampir direnggut bencong.

Dari perpindahan tempat magang, dari banyak penderitaan selama magang, sebenarnya ada keinginan yang terselip dari perpindahan-perpindahan itu. Aditt ingin melupakan mantannya. Aditt ingin pindah ke hati baru, yang membuatnya merasa nyaman. Berhasilkah Aditt untuk move on dari mantannya? Ataukah Aditt menemukan cinta yang baru di tempat magang yang baru? Semuanya dapat terjawab kalo kalian beli bukunya disini.

Jujur dalam buku DAM ini, penulisan, terutama komedinya bener-bener ditulis secara baik, gue yakin gak cuma gue doang yang pas baca buku ini ketawa-ketawa sendiri. Dari awal sampai akhir bab, gue selalu menikmati cerita, komedi, penderitaannya Aditt waktu magang dan juga kisah cintanya.

Pemikiran-pemikirannya Aditt bukan hanya dituangkan dengan komedi saja, tetapi gue juga menemukan analogi berupa siklus hidrologi yang dihubungkan dengan proses move on dari mantan lalu ujung-ujungnya kita kembali teringat lagi. Gue sebagai lulusan SMA IPS aja, gak kepikiran sama sekali.

Buat kalian yang ingin membeli buku komedi tapi bingung yang bagus yang mana, atau kalian ingin menemukan cerita cinta dari sudut pandang yang berbeda, atau mungkin ada yang pengen tau kehidupan anak magang itu kayak apa, buku Diary Anak Magang ini bisa menjadi pilihannya.

“Hidup ini memang sebuah panggung sandiwara, tapi terkadang ceritanya tidak seindah ending drama Korea, yang berakhir dengan pelukan dan ciuman hangat.” – Diary Anak Magang, hal. 259

Ditunggu karya-karya selanjutnya, Bang Aditt!

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Social Media